Penembakan massal di sekolah Connecticut Amerika Serikat
Newtown,
Connecticut (AFP/ANTARA) - Penghuni di komunitas kecil Newtown masih
terguncang oleh penembakan massal paling buruk dalam sejarah Amerika
Serikat, sementara polisi mencari jawaban mengenai apa motivasi seorang
pemuda berusia 20 tahun membantai 20 anak yang masih duduk di sekolah
dasar.
Penyerang yang diidentifikasi oleh penengak hukum sebagai Adam Lanza, yang juga pernah sekolah di SMA Newtown, mulai menembak pada Jumat pagi pada anak-anak berusia lima sampai 10 tahun di Sekolah Dasar Sandy Hook.
Dia membunuh 27 orang termasuk dia sendiri.
Polisi mengatakan bahwa orang dewasa lain juga ditemukan tewas di dekat tempat kejadian perkara. Media Amerika Serikat menduga tubuh itu adalah ibu sang penembak, Nancy Lanza.
Polisi negara bagian mengatakan, mereka berharap untuk mendapat informasi lebih banyak pada Sabtu pagi, termasik konfirmasi soal indentitas korban.
Lebih dari 12 jam setelah penembakan, posisi mulai memindahkan mayat-mayat dari sekolah dan mendatangkan para orang tua untuk melakukan indentifikasi, demikian stasiun televisi NBC News melaporkan.
Presiden Barack Obama, sambil menghapus air matanya saat siaran langsung sebagai simbol kedukaan rakyat Amerika, mengatakan, "Hati kita hancur."
Dia mendesak adanya "tindakan bermakna" untuk membatasi kekerasan bersenjata.
Tragedi pada musim liburan ini adalah penembakan kedua yang terjadi di Amerika Serikat dalam kurun satu minggu dan yang terbaru dari serial pembunuhan masal pada tahun ini.
Hampir bisa dipastikan peristiwa tersebut membangkitkan debat soal undang-undang kepemilikan senjata Amerika Serikat.
Tindakan Brutal
Newtown, sebuah kota kecil makmur sekitar 129 kilometer dari New York City, sedang berkabung pada kematian sebagian masyarakatnya.
"Kami hanya berdoa - hanya butuh untuk berdoa pada Tuhan hal ini tidak terjadi lagi di masa depan, di manapun juga," kata Amelia Adams (76) yang sedang menuju gereja St. Rose of Lima Catholic bersama suaminya Kenneth (81).
Gereja tersebut, hanya beberapa mil dari tempat penembakan, dipenuhi oleh kurang lebih 1.000 jamaat pada Jumat malam.
"Itu adalah tindakan yang brutal. Saya tidak bisa memikirkan kata-kata yang lebih baik. Itu sangat brutal, hanya untuk menyaksikan luka pada hari ini," kata Monsignor Robert Weiss setelah ibadah.
Gubernur Connecticut Dannel Malloy mengatakan kepada wartawan pada Jumat mallam bahwa dia tidak pernah membayangkan akan adanya kejadian yang menimbulkan kesedihan yang setara dengan setelah serangan 11 September di New York dan Washington.
"Kejahatan telah menghampiri masyarakat hari ini," kata Malloy.
Brian Re, insinyur berusia 36 tahun, tinggal di dekat Sekolah Dasar Sandy Hook selama tujuh tahun dan mempunyai anak gadis berusia 4,5 tahun.
Dia berencana untuk mengirim anaknya ke sekolah itu tahun depan.
"Newtown adalah kota yang nyaman, namun pembunuhan massal terjadi di sini," kata Re.
Kekacauan di Sandy Hook terjadi saat anak-anak malang itu berkumpul di kelasnya dalam acara pagi. Juru bicara polisi negara bagian mengatakan bahwa penembakan terjadi di dua ruang. Para saksi mengaku mendengar lusinan tembakan, beberapa bahkan mendengar 100.
Mantan teman sekelas pelaku penembakan, mengingat Adam Lanza sebagai seorang yang berpakaian lebih formal jika dibandingkan dengan murid-murid lain. Dia sering memakai celana khaki, kemeja lengan panjang, dan beberapa kali, pelindung saku.
"(Ibunya) memaksa dia untuk menjadi lebih pintar dan bekerja lebih keras di sekolah," kata Tim Arnone (20) yang pertama kali bertemu Lanza di Sandy Hook.
Kontrol Kepemilikan Senjata
Jumlah kematian di Sandy Hook melampaui jumlah korban yang meninggal karena penembakan di SMA Columbine di Littleton, Colorado pada 1999. Saat itu, dua pemuda membunuh 13 murid dan pegawai sebelum membunuh dirinya sendiri.
Harian The New York Times melaporkan bahwa Adam Lanza menggunakan Sig Sauer dan Glock, dua-duanya adalah pistol.
Harian tersebut menulis bahwa polisi menemukan di tempat kejadian perkara sebuah sebuah senapan merek Bushmaster 223 M4 yang dipercaya milik Lanza.
Wali Kota New York City, Michael Bloomberg, pendiri grup Wali Kota Anti Senjata Ilegal (Mayors Against Illegal Guns) mengatakan, "sangat sulit dipercaya bahwa penembakan massal dapat terjadi di kelas taman kanak-kanak."
"Kita butuh tindakan segera. Kita sudah lelah mendengar semua retorika. Yang belum kita lihat adalah kepemimpinan - bukan dari Gedung Putih dan bukan pula dari Kongres," kata Bloomberg.
"Ini harus berakhir hari ini," tambah dia.(mp)
Sumber : http://id.berita.yahoo.com
Sayangi buah hati dan cinta kasih anda saat mengendarai kendaraan bermotor dengan menggunakan “Love Kids” safety belt, sebuah sabuk pengaman ( sabuk bonceng anak ) yang didesain untuk memudahkan para ibu dan bapak dalam membonceng putra dan putrinya apabila mengendarai kendaraan bermotor tanpa harus khawatir apabila putra / putrinya mengantuk atau banyak bergerak yang akan berpotensi membahayakan keselamatan anda maupun buah hati anda. Untuk reseller dan pembelian lebih dari 10 unit sabuk bonceng anak LOVE KIDS bisa hubungi kami dengan harga khusus. Untuk Pemesanan : Hubungi : 085 85 075 7107 (mentari) Pin BB 3264357D atau email ke : mauhary@yahoo.com Anda bisa lihat juga di http://mauhary.com/?p=147
Penyerang yang diidentifikasi oleh penengak hukum sebagai Adam Lanza, yang juga pernah sekolah di SMA Newtown, mulai menembak pada Jumat pagi pada anak-anak berusia lima sampai 10 tahun di Sekolah Dasar Sandy Hook.
Dia membunuh 27 orang termasuk dia sendiri.
Polisi mengatakan bahwa orang dewasa lain juga ditemukan tewas di dekat tempat kejadian perkara. Media Amerika Serikat menduga tubuh itu adalah ibu sang penembak, Nancy Lanza.
Polisi negara bagian mengatakan, mereka berharap untuk mendapat informasi lebih banyak pada Sabtu pagi, termasik konfirmasi soal indentitas korban.
Lebih dari 12 jam setelah penembakan, posisi mulai memindahkan mayat-mayat dari sekolah dan mendatangkan para orang tua untuk melakukan indentifikasi, demikian stasiun televisi NBC News melaporkan.
Presiden Barack Obama, sambil menghapus air matanya saat siaran langsung sebagai simbol kedukaan rakyat Amerika, mengatakan, "Hati kita hancur."
Dia mendesak adanya "tindakan bermakna" untuk membatasi kekerasan bersenjata.
Tragedi pada musim liburan ini adalah penembakan kedua yang terjadi di Amerika Serikat dalam kurun satu minggu dan yang terbaru dari serial pembunuhan masal pada tahun ini.
Hampir bisa dipastikan peristiwa tersebut membangkitkan debat soal undang-undang kepemilikan senjata Amerika Serikat.
Tindakan Brutal
Newtown, sebuah kota kecil makmur sekitar 129 kilometer dari New York City, sedang berkabung pada kematian sebagian masyarakatnya.
"Kami hanya berdoa - hanya butuh untuk berdoa pada Tuhan hal ini tidak terjadi lagi di masa depan, di manapun juga," kata Amelia Adams (76) yang sedang menuju gereja St. Rose of Lima Catholic bersama suaminya Kenneth (81).
Gereja tersebut, hanya beberapa mil dari tempat penembakan, dipenuhi oleh kurang lebih 1.000 jamaat pada Jumat malam.
"Itu adalah tindakan yang brutal. Saya tidak bisa memikirkan kata-kata yang lebih baik. Itu sangat brutal, hanya untuk menyaksikan luka pada hari ini," kata Monsignor Robert Weiss setelah ibadah.
Gubernur Connecticut Dannel Malloy mengatakan kepada wartawan pada Jumat mallam bahwa dia tidak pernah membayangkan akan adanya kejadian yang menimbulkan kesedihan yang setara dengan setelah serangan 11 September di New York dan Washington.
"Kejahatan telah menghampiri masyarakat hari ini," kata Malloy.
Brian Re, insinyur berusia 36 tahun, tinggal di dekat Sekolah Dasar Sandy Hook selama tujuh tahun dan mempunyai anak gadis berusia 4,5 tahun.
Dia berencana untuk mengirim anaknya ke sekolah itu tahun depan.
"Newtown adalah kota yang nyaman, namun pembunuhan massal terjadi di sini," kata Re.
Kekacauan di Sandy Hook terjadi saat anak-anak malang itu berkumpul di kelasnya dalam acara pagi. Juru bicara polisi negara bagian mengatakan bahwa penembakan terjadi di dua ruang. Para saksi mengaku mendengar lusinan tembakan, beberapa bahkan mendengar 100.
Mantan teman sekelas pelaku penembakan, mengingat Adam Lanza sebagai seorang yang berpakaian lebih formal jika dibandingkan dengan murid-murid lain. Dia sering memakai celana khaki, kemeja lengan panjang, dan beberapa kali, pelindung saku.
"(Ibunya) memaksa dia untuk menjadi lebih pintar dan bekerja lebih keras di sekolah," kata Tim Arnone (20) yang pertama kali bertemu Lanza di Sandy Hook.
Kontrol Kepemilikan Senjata
Jumlah kematian di Sandy Hook melampaui jumlah korban yang meninggal karena penembakan di SMA Columbine di Littleton, Colorado pada 1999. Saat itu, dua pemuda membunuh 13 murid dan pegawai sebelum membunuh dirinya sendiri.
Harian The New York Times melaporkan bahwa Adam Lanza menggunakan Sig Sauer dan Glock, dua-duanya adalah pistol.
Harian tersebut menulis bahwa polisi menemukan di tempat kejadian perkara sebuah sebuah senapan merek Bushmaster 223 M4 yang dipercaya milik Lanza.
Wali Kota New York City, Michael Bloomberg, pendiri grup Wali Kota Anti Senjata Ilegal (Mayors Against Illegal Guns) mengatakan, "sangat sulit dipercaya bahwa penembakan massal dapat terjadi di kelas taman kanak-kanak."
"Kita butuh tindakan segera. Kita sudah lelah mendengar semua retorika. Yang belum kita lihat adalah kepemimpinan - bukan dari Gedung Putih dan bukan pula dari Kongres," kata Bloomberg.
"Ini harus berakhir hari ini," tambah dia.(mp)
Sumber : http://id.berita.yahoo.com
Sayangi buah hati dan cinta kasih anda saat mengendarai kendaraan bermotor dengan menggunakan “Love Kids” safety belt, sebuah sabuk pengaman ( sabuk bonceng anak ) yang didesain untuk memudahkan para ibu dan bapak dalam membonceng putra dan putrinya apabila mengendarai kendaraan bermotor tanpa harus khawatir apabila putra / putrinya mengantuk atau banyak bergerak yang akan berpotensi membahayakan keselamatan anda maupun buah hati anda. Untuk reseller dan pembelian lebih dari 10 unit sabuk bonceng anak LOVE KIDS bisa hubungi kami dengan harga khusus. Untuk Pemesanan : Hubungi : 085 85 075 7107 (mentari) Pin BB 3264357D atau email ke : mauhary@yahoo.com Anda bisa lihat juga di http://mauhary.com/?p=147
No comments:
Post a Comment